Nasib Istri Kedua yang Bercinta Dengan Kakak Iparnya Sendiri
CeritaDewasa-CeritaSeks-Bokep-Ngentot-18Tahunkeatas-Bercinta-IstriKedua-KakakIpar
Ini cerita kehidupanku yang sangat menyedihkan, Aku sudah menikah dua tahun yang lalu dan merasakan kebahagiaan seperti dunia ini hanya milikku. Kenapa tidak? Aku menikah dengan seorang pejabat kota yang kaya raya dan menjadi impian semua gadis di kampungku.
Suamiku memiliki puluhan hektar tanah dan puluhan ruko yang dikontrakan di kampungku dan juga daerah-daerah lain. Sebelum menikah, sudah terbayang di benakku tinggal di rumah besar, pakaian bagus dan juga naik mobil keluaran terbaru.
Setelah menikah, Hari-hariku sebagai istrinya sangat membahagiakan dan membanggakan. Teman-temanku banyak yang iri dengan kehidupanku yang serba mewah dan enak, Meski aku sendiri tidak yakin dengan kebahagian yang kurasakan saat itu. Hati kecilku sering dipenuhi oleh kekhawatiran yang suatu hari akan membuat hidupku jatuh merana karena Aku bukanlah satu-satunya istri suamiku.
Suamiku sudah beristri dan memiliki beberapa anak, Mereka tinggal di kota besar dan tidak tahu suaminya memiliki istri kedua.
Sebelum menikah, aku sudah tahu mengenai statusku ini tetapi entah karena terpaksa atau memang mencintainya aku pun memutuskan untuk menikah dengannya. Begitu juga dengan orang tuaku, Mereka sangat mengharapkan aku menjadi istri dari seorang pejabat kaya karena bisa merubah kehidupan kami. Aku menerimanya karena mungkin sudah nasibku untuk menjadi istri kedua, lagi pula hidupku cukup bahagia dengan statusku saat ini.
Namun, kebahagiaan itu hanya berlangsung selama satu tahun saja. Menginjak tahun kedua pernikahanku, aku merasakan perubahan yang terjadi pada suamiku yang dulunya lebih sering berada di sisiku. Kini dirinya mulai jarang muncul di rumah, pertama menikah dirinya mengunjungiku seminggu sekali. Kemudian, berubah menjadi sebulan dan lama-kelamaan aku sudah tidak bisa menghitung lagi entah berapa bulan sekali dirinya baru datang kepadaku untuk melepas rindu.
Saat jauh dari suamiku, Aku tidak berani untuk menghubunginya karena takut akan membuat hidupku lebih merana apabila istri pertamanya tahu mengenai keberadaanku. Tentunya, dirinya akan marah besar dan mengadukanku ke pihak berwajib. sehingga aku memutuskan untuk menanggung semua derita ini sendiri. Aku tidak ingin orang tuaku terbawa sengsara oleh masalah kami, apalagi saat ini mereka sudah hidup bahagia dengan rumah yang lebih besar, sawah dan ternak-ternak pemberian dari suamiku.
Lama-kelamaan, Hari yang kulalui semakin tidak menggairahkan. Aku berusaha untuk menyibukan diri dengan berbagai kerjaan agar tidak merasa bosan saat ditinggal oleh suamiku dalam waktu yang lama. Namun, semua itu tidak membuat perasaanku makin gelisah bukannya tenang, apalagi saat di malam hari.
Setipa malam, aku selalu termenung sendiri di ranjang sampai larut malam dan kurasakan tempat tidurku yang begitu dingin, tidak seperti di hari-hari awal pernikahan dulu dimana tempat tidurku tidak pernah rapi karena pergulatan tubuh kami yang selalu berkeringat. Aku selalu merasakan kesedihan yang mendalam disaat seperti ini karena merindukan kehangatan seperti dulu, Rindu akan cumbuan hangat suamiku.
Semakin membayangkannya, membuatku semakin gelisah oleh perasaanku yang menggebu-gebu. Bahkan akhir-akhir ini, semakin membuat kepalaku pusing dan uring-uringan oleh sesuatu yang aku sendiri tidak mengerti.
Hal itiu terbawa hingga ke dalam mimpiku, aku sering membayangkan cumbuan hangat suamiku. Panasnya kecupan bibir suamiku di sekujur tubuhku dan tubuhku yang menggelinjang setiap kali terkena sentuhan bibirnya, bergetar merasakan sentuhan lembut jemari tangannya di bagian tertentu tubuhku.
Memikirkan semua itu, Aku tidak mampu menahan diriku lagi. Akhirnya, aku mencumbui diriku sendiri dengan tanganku yang menggerayang ke seluruh tubuhku sambil membayangkan semua itu milik suamiku. Pinggulku berputar liar mengimbangi gerakan jemari di sekitar pangkal pahaku.
Pantatku terangkat tinggi-tinggi menyambut desakan benda imajinasiku ke dalam daerah kewnitaannku, Aku melenguh dan merintih kenikmatan hingga akhirnya terkulai lemas di ranjang dan kembali sadar bahwa semua itu merupakan kenikmatan semu. Air mataku jatuh bercucuran, meratapi nasibku yang sangat menyedihkan ini.
Kenikmatan semu itu menjadi kebiasaanku setiap menjelang tidur, Menjadi semacam keharusan yang sulit untuk dihilangkan karena sudah menjadi kebutuhan batinku. Aku tidak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir, Aku sudah mulai bosan, kecewa, marah, sedih saat ini. Kepada siapa aku harus melampiaskan semua ini? Suamiku? aku sendiri tidak tahu kapan dia akan datang, Kepada orang tuaku? Apa yang bisa mereka perbuat? tidak ada yang bisa kuperbuat, aku hanya bisa menangis.
Hingga suatu hari, keadaanku sehari-hari menarik perhatian seseorang. Aku baru tahu suami kakakku mengikuti perkembanganku sehari-hari saat tinggal di rumahku. Aku sengaja mengajak mereka tinggal bersama karena rumahku yang cukup besar untuk menampung mereka bersama anak tunggalnya yang masih balita.
Awalnya, Ibuku yang menyarankan mereka untuk tinggal di tempatku untuk menemaniku karena merasa kasihan dengan keadaanku yang tinggal sendiri di rumah besar.
“Kasihan Neng Susi, temenin aja. Biar rumah kalian yang di sana juga bisa dikontrakan saja” saran orang tuaku saat itu.
Mendengar saran orng tuaku, Aku pun tidak keberatan dan mengizinkan mereka untuk tinggal bersamaku. Saat tinggal bersama semuanya berjalan normal saja, tidak ada permasalahan yang terjadi di antara kami. Sampai suatu malam, saat aku sedang melakukan hal yang rutin aku merasakan seperti sedang tidak bermimpi karena merasakan sentuhan yang sangat hangat.
Sebelum sadar dari mimpiku, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sekali, berbeda dengan khayalanku selama ini. Apalagi saat puting dadaku dijilat dan dihisap-hisap dengan penuh gairah hingga aku mengerang saking nikmatnya.
Sentuhan dan Kecupan yang kurasakan semakin membuatku menggila, sentuhan itu terus bergerak perlahan menelusuri perutku hingga ke bawah menuju daerha kewanitaannku. Rasanya yang nikmat membuatku hampir berteriak, Ini merupakan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh suamiku. Bahkan dalam mimpi sekalipun, aku tidak pernah membayangkannya sampai sejauh ini.
Di saat itulah aku baru tersadar, Terbangun dari mimipiku yang indah. Kubuka mataku dan melirik ke bawah tubuhku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi “Aduh.. kenapa sich ini” gumamku setengah sadar.
Tanganku yang meraba-raba memegang sesuatu seperti rambut dan baru kusadari itu adalah kepala seseorang. Aku pun kaget, dengan refleks aku bangun dan merapat ke ujung ranjang sambil mencoba melihat apa yang sebenarnya terjadi. Betapa kagetnya begitu tahu orang yang menyentuhku dan membuatku bergairah adalah Kang Heru, yang tidak lain adalah kakak iparku.
Mataku melotot, tidak percaya Kang Heru bertelanjang dada. Aku pun berusaha berteriak sekuat tenaga, tetapi aku tidak mendengar suara teriakan itu. Kerongkonganku serasa tersekat, Hanya mulutku saja yang terbuka lebar-lebar.
Kang Heru segera menghampiriku sambil mengisyaratkan agar jangan berteriak, Tubuhku semakin merapat ke ujung dinding. Dalam hatiku, aku sangat takut, marah dan lain sebagainya melihat kehadirannya di kamarku dalam keadaan setengah telanjang seperti itu.
“Kang! Lagi apa dikamarku?” ucapku sambil tanganku sibuk membenahi pakaianku yang sudah tidak karuan.
Ternyata seluruh kancing baju tidurku semuanya sudah terlepas dan bagian bawahnya sudah terangkat sampai ke pinggang. Untungnya, celana dalamku masih terpakai rapi dan hanya dadaku saja yang telanjang. Dengan cepat, Aku segera menutupi dadaku karena kulihat mata Kang Heru yang liar tidak berkedip menatap ke arahku.
Sangking takutnya, aku hanya berdiam di ujung tempat tidur dan melihat Kang Heru yang semakin mendekat ke arahku. Lalu, Tangannya meraih tanganku dan membisikan rayuan bahwa aku ini cantik tetapi kurang beruntung dalam masalah pernikahan.
Mendengar ucapannya itu, Dadaku serasa mau meledak "Apa hak dia untuk mengatakan semua itu? Aku tak butuh dengan belas kasihannya," Kalau saja tidak ingat kakakku, sudah kutampar mulut lancangnya itu yang sudah berani-beraninya masuk ke dalam kamarku malam-malam begini.
Teringat itu, aku langsung bertanya, “Kemana Teh Nina?”.
“Sssttt...tenang, kakakmu lagi di rumah yang di sana” jawab Kang Heru dengan tenang seakan tidak merasa bersalah.
"Kurang ajar, pantesan berani masuk ke kamarku. Tapi kok Teh Nina enggak ngomong-ngomong sebelumnya kalau mau pulang" ucapku dalam hati.
“Kok Teh Nina enggak bilang-bilang mau pulang” Tanyaku dengan wajah heran.
“Tadinya mau ngomong, tetapi Kang Heru bilang enggak usah. kasihan Neng Susi sudah tidur, biar nanti Akang saja yang bilangin” jawabnya.
Dasar laki-laki kurang ajar, Istrinya dibohongi biar firinya bisa bebas masuk ke dalam kamarku. mendengar jawabannya, Aku semakin marah karena dia sudah kurang ajar masuk kamarku dan berani mengkhianati istrinya yang juga kakak kandungku sendiri!
“Akang sadar, saya ini adikmu juga jadi ngapain Akang kemari dan cuma pakai gituan aja” ucapku sambil meliriknya sekilas.
“Neng..” panggilnya dengan suara parau.
“Akang kasihan lihat Neng Susi karena Akhir-akhir ini kelihatannya semakin menderita saja” ucapnya.
“Akang tahu dari mana saya menderita” tanyaku dengan mata yang metotot tajam.
“Eh.. jangan marah ya, Itu Akang.. anu..” ucapnya dengan ragu-ragu.
“Ada apa kang?” tanyaku lagi semakin penasaran.
“Anu.. Akang lihat kamu selalu kesepian karena lama ditinggal suami, jadi Akang ingin Bantu kamu” jawabnya tanpa malu-malu.
“Maksud Akang?” tanyaku lagi.
“Maaf neng, Akang pernah lihat Neng Susi kalau lagi tidur suka..”ucapnya dengan ragu-ragu.
“Jadi Akang suka ngintip saya?” tanyaku lagi dengan nada yang semakin sewot.
Kulihat dirinya mengangguk lemah, yang kemudian menatapku dengan penuh gairah.
“Akang ingin menolong kamu” bisiknya.
Mendengar semua itu, Kepalaku serasa dihantam oleh petir. Sungguh kurang ajar lelaki ini, Berbicara seperti itu tanpa merasa bersalah sedikitpun. Dadaku serasa sesak oleh amarah yang tidak tersalurkan, Aku terdiam seribu bahasa, badanku serasa lemas tidak bertenaga menghadapi kenyataan ini.
Disisi lain, Aku malu sekali pelampiasanku selama ini diketahui oleh orang lain. Aku tidak tahu sampai sejauh mana Kang Heru melihat rahasia di tubuhku dan aku pun tidak mau membayangkannya.
Melihat kemarahanku, Kang Heru tidak menyerah begitu saja dan kembali merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku yang berada di ujung tempat tidur terjebak dan tidakada jalan bagiku untuk melarikan diri.
Aku menyembunyikan kepalaku ketika dirinya merangkul tubuhku, Tercium aroma khas lelaki tersebar dari tubuh Kang Heru. Aku merasakan otot-otot tubuhnya yang keras menempel di tubuhku, Kedua tangannya yang kekar melingkar sehingga tubuhku yang mungil tertutup oleh tubuhnya.
Mendapat pelukan darinya, Aku berontak sambil mendorong dadanya tetapi Kang Hendi justru mempererat pelukannya. Aku terengah-engah dibuatnya, tenagaku sama sekali tidak berarti dibanding kekuatannya.
“Kang ingat, Saya kan adik Akang juga jadi lepasin saya kang. Saya janji nggak akan bilang sama teteh atau siapa saja..” pintaku dengan wajah memelas saking putus asanya.
Namun, permintaanku sama sekali tidak dihiraukannya. Kang Heru memang sudah kerasukan, wajahku diciumi dengan penuh nafsu dan tangannya mulai menarik-narik pakaian tidurku. Aku berusaha menghindar dari ciuman itu sambil menahan pakaianku agar tidak terbuka. Kudorong tubuh Kang Heru dengan sekuat tenaga sambil terus-terusan mengingatkan dia agar menghentikan perbuatannya.
Namun apa daya, Kang Heru yang sudah kerasukan tidak bisa dicegah karena dirinya semakin garang. Pakaian tidurku yang terbuat dari kain tipis tidak mampu menahan kekuatan tenaganya. Hanya dengan sekali tarikan, terdengar suara pakaianku dirobek hingga memperlihatkan dadaku.
Kulihat mata Kang Heru melotot menyaksikan buah dadaku yang montok dan kenyal, menggelantung indah dan menggairahkan. Dengan cepat, kedua tanganku segera menutupinya dari tatapan mata liarnya. Namun, Upayaku itu membuat Kang Heru semakin beringas, dirinya marah dan menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di ranjang. Tubuhnya yang besar itu langsung menindihku hingga nafasku tersengal menahan beban di atas tubuhku.
“Kang jangan!” pintaku saat dirinya berusaha membuka tangannku dari atas dadaku.
Namun, Kedua tanganku dicekal dan dihimpit masing-masing di sisi kepalaku hingga bagian dadaku jadi terbuka lebar. Dengan cepat, wajahnya langsung mendekat ke dadaku dan membuatku langsung meronta-ronta sambil memejamkan mataku.
Aku tidak ingin menyaksikan bagian tubuhku yang tidak pernah tersentuh orang lain kecuali suamiku itu, dirambah dengan kasar oleh Kang Heru. Aku tidak rela dirinya mmenjamah tubuhku, Kucoba kembali meronta di bawah himpitan tubuhnya tetapi semua itu sia-sia saja. Air mataku langsung menetes di pipi, Aku tidak sanggup menahan tangisku atas perbuatan tidak senonoh ini.
Melihat diriku yang tidak meronta lagi, Kang Heru menyeringai senang dan merayuku sambil berkata bahwa dirinya justru menolong diriku karena telah memberikan apa yang selama ini kudambakan.
“Kamu tenang saja dan nikmati, Akang janji akan pelan-pelan. eNggak kasar asal kamu jangan berontak” ucapnya.
Aku tidak ingin mendengarkan umbaran bualan dan rayuannya itu, Aku tidak mau Kang Heru mengucapkan kata-kata seperti itu karena aku tidak rela diperlakukan seperti ini. Aku benar-benar tidak berdaya di bawah kekuasaannya, Aku hanya bisa pasrah membiarkan dirinya menciumi wajahku sesuka hati. Bibirnya dengan leluasa mencium bibirku dan menjilati seluruh wajahku.
Mendapat perlakuan seperti itu, Hatiku menjerit dan menahan nafas saat bibirnya mulai menciumi kulit di seputar buah dadaku. Lidahnya menari-nari dengan bebas menelusuri kemulusan kulitku, bahkan lidahnya sesekali menjentik ke atas putingku.
“Enggak rela, Aku sungguh enggak rela..!” jeritku dalam hati.
Kudengar nafasnya semakin menderu kencang, Terdengar suara kecipakan mulutnya yang dengan rakusnya melumat seluruh dadaku yang montok yang seolah ingin merasakan setiap inci kekenyalannya.
Aku seakan terpana oleh cumbuannya, Hatiku bertanya-tanya Apa yang sedang terjadi pada diriku "Kemana tenagaku? Kenapa aku tidak berontak? Kenapa membiarkan Kang Heru berbuat semaunya padaku? Aku benci pada diriku sendiri yang begitu mudah terpedaya oleh cumbuannya. Terjadi konflik bathin dalam diriku, Di satu sisi aku tidak ingin diriku menjadi sasaran empuk nafsu lelaki ini karena Aku seorang wanita bersuami, terpandang dan juga memiliki kehormatan, Bukan seorang wanita murahan yang dapat sesuka hati mencari kepuasan.
Tetapi di sisi lain, aku merasakan suatu desakan dalam diriku sendiri. Suatu keinginan yang begitu kuat dan tidak terkendali. Kian kuat desakannya membuat tubuhku sampai berguncang hebat merasakan perang batin ini, Aku tidak tahu mana yang lebih kuat. Bukankah ini yang kuimpikan dan kuinginkan setiap malam?
Tanpa kusadari, bibirku mengeluarkan desahan dan rintihan lembut. Meski sangat perlahan, Kang Heru dapat mendengarnya dan merasakan perubahan yang terjadi dari tubuhku. Dirinya pun ersenyum penuh kemenangan karena yakin bahwa aku akan menyerah kepadanya. Bahkan kedua cekalan tangannya tadi, dilepasnya dan berpindah ke buah dadaku karena sangat yakin aku tidak akan berontak lagi.
Keyakinanya itu tidak bisa dipungkiri, karena aku sendiri tidak memanfaatkan terbebasnya tanganku untuk mendorong tubuhnya dari atas tubuhku. Aku justru menaruhnya di atas kepala Kang Heru yang bergerak bebas di atas dadaku dan tambah menekannya di dadaku.
"Oh.. sungguh munafik sekali diriku! Mulutku terus-terusan mencegah namun kenyataannya aka malah mendorongnya untuk berbuat lebih jauh lagi" ucapku dalam hati.
Akal sehatku sudah hilang entah kemana karena sudah tidak ingat akan suamiku, kakakku, atau diriku sendiri. Kepalaku hanya dipenuhi rangsangan dahysat akibat jilatan bibir Kang Heru di seputar putingku.
"Inikah jawaban atas semua mimpi-mimpiku selama ini? Haruskah semua ini kulakukan? Meski dengan kakak iparku sendiri? Apakah aku harus mengorbankan semuanya? Pengkhianatan pada suamiku? Kakakku? Hanya untuk memuaskan keinginanku seorang? Aakkhh...tidak!" jeritku dalam hati mengingat semua ini.
Cumbuan Kang Heru yang begitu lihai sepertinya tahu persis keinginanku dan Kebutuhanku yang sudah cukup lama terkekang. Peperangan dalam batinku usai sudah, aku lebih mengikuti naluri gairah birahiku.
“Akaangg..!” jeritku yang tidak sadar memanggil namanya saat puting susuku dihisapnya kuat-kuat.
Aku menggelinjang kegelian, sungguh nikmat sekali hisapan itu. Kurasakan daerah kewanitaanku mulai basah dan tubuhku menggeliat-geliat mengimbangi permainan lidah Kang ZHeru di buah dadaku yang semakin mengeras.
“Oohh Neng.. bagus sekali dadanya, Akang suka sekali mmpphhh... montok banget” ucap Kang Heru.
Mendengar ucapan kotor dari mulutnya, hatiku tidak menerimanya karena diriku seperti seorang wanita murahan yang biasa mengobral tubuhnya hanya demi kepuasan lelaki hidung belang. Namun, perasaan itu akhirnya tertutup oleh kemahirannya dalam mencumbu diriku. Tubuhku menyambut hangat setiap kecupan hangat bibirnya, Badanku melengkung dan dadaku dibusungkan untuk mengejar kecupan bibirnya.
“Mmpphhh...Neng Susi, kalau saja Akang dari dulu tahu tentunya Neng enggak perlu lagi gelisah setiap malam karena Akang mau nemenin semalamam” ucap Kang Heru.
Ucapan tidak senonohnya itu sudah tidak kuperdulikan lagi karena aku sudah memutuskan untuk menikmati cumbuannya. Kudorong kepala kang Heru ke bawah karena ingin merasakan seperti saat kubermimpi tadi. Mendapat dorongan dari tanganku, Kang Heru mengerti dan dengan nafsu menggebu-gebu dirinya mulai bergerak menelusup ke bawah tubuhku.
Kemudian, tangannya Mengangkat pinggulku sedikit untuk meraih tepian celana dalamku dan memelorotkannya hingga terlepas dari kedua kakiku. Tubuhku kini sudah tidak ditutupi sehelai kainpun lagi.
Kulirik Kang Heru terbelalak memandangi ketelanjanganku, dirinya seolah tidak percaya dengan apa yang ada dihadapan matanya saat ini. Gairahku seakan mau meletup melihat tatapan penuh pesona mata Kang Heru, Aku bangga dikarunia bentuk tubuh yang begitu indah.
Kedua dadaku membusung penuh dan kenyal, Perutku ramping, Pinggulku memiliki lekukan yang indah dan pantatku yang bulat penuh berisi serta Kedua kakiku yang panjang dan ramping. Kang Heru mungkin tidak pernah mengira akan keindahan tubuhku ini karena memang sehari-hari aku selalu menggunakan pakaian yang tidak pernah menonjolkan lekukan tubuhku.
“Neng, kamu cantik sekali. Sempurna, indah sekali. Mmhh.. dadanya montok dan aakkhh.. lebat sekali..” ucap Kang Heru tanpa hentinya menatap daerah kewanitaanku yang dipenuhi bulu hitam lebat.
Mataku pun melirik ke bawah melihat tonjolan keras di balik celananya dan kurasakan dadaku berdegub, daerah kewanitaanku berdenyut dan semakin basah oleh gairahku yang membayangkan kontolnya.
"Besar sekali ! ucapku dalam hati sambil menahan rangsangan hebat.
“Kaanngg... jangan ngeliatin aja, Kan malu” ucapku manja dengan gaya mulai bergenit-genit.
“Abisnya cantik kali, Neng” jawabnya seraya melepaskan celananya.
Aku pun melihat batang kontolnya yang sudah keras itu meloncat keluar dan mengacung tegang dengan gagahnya. Aku terbelalak melihatnya, benar saja besar dan panjang. Aku sudah tidak sabar ingin merasakan kekerasannya dalam daerah kewanitaanku.
Baru kali ini aku melihat kontol selain milik suamiku, apa yang dimiliki kang Heru membuat punya suamiku seperti milik anak kecil saja. Aku jadi membandingkannya, dengan buru-buru kubuang pikiran itu.
Kini aku langsung menyambut hangat ciumannya sambil merangkulnya dengan erat. Ciuman Kang Heru benar-benar membuatku hanyut, Aku dibuatnya bergairah. Apalagi kurasakan gesekan kontol yang keras di atas perutku semakin membuat gairahku meledak-ledak.
Dadaku kali ini kusodorkan dengan sepenuh hati, Kurasakan hisapan dan remasannya dengan penuh kenikmatan. Tanganku mulai berani lebih nakal. Menggerayang ke sekujur tubuhnya, bergerak perlahan namun pasti ke arah batangnya. Kutelusuri mulai dari ujung sampai pangkalnya, Jemariku bermain dengan lincah.
Kontolnya Kukocok perlahan dari atas ke bawah dan begitu sebaliknya, Terdengar Kang Heru melenguh perlahan. Aku ingin dirinya merasakan kenikmatan yang kuberikan, Ujung jariku menggelitik moncongnya yang sudah licin oleh cairannya.
Tiba-tiba saja ia membalikkan tubuhnya, Kepalanya persis berada di atas daerah kewanitaanku sementara miliknya persis di atas wajahku. Kulihat batangnya bergelantungan, ujungnya menggesek-gesek mulutku dan langsung saja mulutku menangkap kontolnya serta Kukulum pelan-pelan.
Jujur saja, akutidak pernah melakukan hal ini sama suamiku. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa berubah menjadi sangat liar yang tidak ada bedanya dengan perempuan nakal. Meski demikian, aku tidak peduli karena ingin merasakan kebebasan yang sebenarnya.
Malam ini, aku ingin semua naluriku melampiaskan fantasi-fantasi liar yang ada dalam diriku karena aku ingin menikmati semuanya.
Seakan tidak mau kalah, Kang Heru menjulurkan lidahnya menjilati daerah kewanitaanku. Aku terkejut seperti terkena listrik, Tubuhku bergetar dan kurasakan darahku berdesir kemana-mana. Lidah Kang Heru bermain lincah, Menjilat dan melumat daerah kewanitaanku. Aku seperti melayang di atas awan, Aku tidak pernah merasakan dijilati seperti itu sebelumnya. Nikmatnya sungguh tidak terkira, Pinggulku tidak bisa diam dan mengikuti kemana jilatan lidah Kang Heru berada.
Rasanya aku tidak tahan menerima kenikmatan ini, Perutku mengejang dan Kakiku merapat, menjepit kepala Kang Heru. Aku berkutat sekuat tenaga sampai akhirnya ku tak mampu lagi dan langsung melepaskannya diiringi jeritan panjangku. Tubuhku menghentak berkali-kali mengikuti cairan yang keluar dari daerah kewanitaanku. Tubuhku yang lemas terhempas di atas ranjang dengan, Puncak kenikmatan yang kucapai kali ini sungguh luar biasa seakan telah terbebas dari sesuatu yang sangat menyesakan di dadaku selama ini.
“Oohh.. Kaanngg enak sekali” rintihku tidak kuasa menahannya.
Sungguh memalukan sekali pengakuan atas kenikmatan yang kurasakan saat itu, Aku tidak ingin Kang Heru tahu aku sangat menikmati cumbuannya. Kulihat Kang Heru tersenyum karena bangga dengan kehebatannya bercinta hingga mampu membuatku orgasme lebih dulu.
Aku tidak bisa berbuat banyak karena harus kuakui bahwa diriku sangat membutuhkannya saat ini, terutama Benda yang tentunya akan memberikan kenikmatan yang lebih dari yang kudapatkan barusan. Tanpa sadar jemariku meremas-remas kembali batang kontolnya, Kukocok perlahan dan kumasukan ke dalam mulutku. Kurasakan Kang Heru meregang dan merintih kenikmatan, Aku tersenyum melihatnya seperti itu karena aku ingin dirinya juga merasakan kenikmatan. Kulumanku semakin panas, Lidahku bermain dengan liar di sekujur batangnya.
Terdengar suara kuluman mulutku, Kang Heru merintih keenakan. Di atas tubuhku, Kang Heru menggerakan pinggulnya seolah sedang bersenggama, hanya saja saat itu kontolnya menancap dalam mulutku.
Kulihat dirinya masih bertahan, Aku kembali berusaha untuk membuat dirinya orgasme juga tetapi masih belum kelihatan tanda-tanda itu. Aku sudah mulai kecapaian, Mulutku terasa kaku sementara gairahku mulai bangkit kembali.
Daerah kewanitaanku sudah mulai mengembang dan basah kembali sementara kontol Kang heru masih tegang, Bahkan terasa lebih keras.
“Udah Neng, Ganti posisi saja” ucapnya seraya membalikkan tubuhnya dalam posisi umumnya bersetubuh.
Ku akui, Kang Heru memang sangat pandai dalam bercinta, dirinya tidak langsung menancapkan kontolnya ke dalam daerah kewanitaanku tetapi digesek-gesekan dulu di sekitar bibir kemaluanku. Dirinya seperti sengaja melakukan itu, Kadang-kadang ditekan seperti akan dimasuka tetapi digeser kembali ke ujung atas bibir kemaluanku dan kepalanya digosok-gosokan, Aku menjerit lirih saking keenakan.
“Kaangg... udah kang! mmppffhh.. ayoo kang, masukin aja.. udah enggak tahan!” pintaku tanpa malu-malu.
Saat itu, Aku sudah tidak lagi memikirkan kehormatan diriku, gengsi atau apapun itu. Yang kuinginkan hanya segera mengisi kekosongan daerah kewanitaanku dengan kontolnya yang besar. Aku nyaris orgasme lagi hanya dengan membayangkan betapa nikmatnya kontol sebesar itu masuk dalam-dalam ke daerah kewanitaanku.
“Udah nggak tahan ya Neng?” candanya sambil menyeringai senang.
Di luar dugaannya, aku langsung menekan pantatnya dengan kedua tanganku sekuat tenaga sehingga driinya tidak sempat menahan. Batang kontolnya pun masuk ke dalam ldaerah kewanitaanku.
"Jlebbssss.." kontolnya sudah masuk dalam-dalam ke daerah kewanitaanku.
Aku berteriak kegirangan dalam hati, akhirnya kontol Kang Heru sudah masuk seluruhnya. Kulihat wajah Kang heru terbelalak tidak menyangka akan perbuatanku. dirinya melirik ke bawah melihat seluruh kontolnya yang sudah masuk semua.
“Kamu nakal ya..” ucapnya sambil tersenyum.
“Awas, entar Akang bikin kamu mati keenakan” lanjutnya dengan muka mesumnya
“Mau dong..” pintaku dengan suara genit.
Kang Heru pun mulai menggerakan pinggulnya, Pantatnya kulihat naik turun dengan teratur. Kadang digeolnya sehingga ujung kontolnya menyentuh seluruh daerah kewanitaanku, Aku turut mengimbanginya dengan pinggulku yang berputar penuh irama.
Kang Heru memuji goyanganku, dirinya bilang belum pernah merasakan goyangan sehebat ini. Aku tambah bergairah, Pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-edutkan otot vaginaku sehingga kontolnya serasa diemut-emut.
“Aakkhh Neengg.. enakk, hebat kali.. uugghh” erangnya.
Kang Heru mempercepat irama tusukannya hingga kurasakan batang kontolnya keluar masuk dengan kuat dan cepat di daerah kewanitaannya. Aku imbangi dengan cepat pula, Kuingin Kang Heru lebih cepat keluar dan membuatnya KO!
Kuakui, permainan Kang Heru memang luar biasa, mungkin kalau aku belum sempat orgasme tadi tentunya aku sudah keluar duluan. Aku tersenyum melihat Kang Heru yang nampak berusaha keras untuk bertahan padahal sudah kurasakan tubuhnya mulai mengejang.
Pinggulku terus meliuk-liuk liar, begitu juga Kang Heru yang pantatnya mengaduk-aduk cepat sekali. Semakin bertambah cepat, sudah tidak beraturan seperti tadi hingga terasa aliran kencang berdesir dalam tubuhku.
Daerah kewanitaanku terasa merekah semakin lebar, kedua ujung puting susuku mengeras. Mulut Kang Heru langsung menangkapnya, menyedot kedua susu ku kuat-kuat dan menjilatinya dengan penuh nafsu. Aku membusungkan dadaku sebisa mungkin "Oohh..rasanya sungguh membuatku tidak kuat lagi bertahan" rintihku dalam hati.
“Kang Hendi! Cepet keluarin juga” ucapku sambil menekan pantatnya kuat.
Tidak lama, aku menyemburkan cairan hangat yang juga disusul semprotan cairan hangat yang membasahi daerah kewanitaanku. Tubuh Kang Heru bergetar keras, dia memeluk diriku erat-erat lalu kami bergulingan di ranjang merasakan kenikmatan yang puas.
Kami tidak memperdulikan tubuh kami yang sudah basah oleh keringat, bantal berjatuhan dan sprei berantakan tidak karuan. Kedua kakiku melingkar di seputar pinggangnya, Aku masih merasakan batang kontol Kang Heru di dalam daerah kewanitaanku.
Aku termenung merasakan sisa-sisa akhir kenikmatan ini, Pikiranku menerawang jauh "Apakah aku masih bisa merasakan kehangatan ini bersama Kang Heru? Apakah hanya sampai disini saja? mengingat perselingkuhan ini suatu saat akan terungkap" ucapku dalam hati.
Bagaimana akibatnya? Bagaimana perasaan kakakku? Orang tuaku dan suamiku? Aku tidak mau memikirkannya saat ini, Aku tidak ingin kenikmatan ini terganggu oleh hal lain.
Aku masih ingin merasakan semuanya malam ini bersama Kang Heru, Lelaki yang sudah memberikan pengalaman baru bagiku dalam bercinta, orang yang telah membuat lembaran baru dalam garis kehidupanku.
Sejak malam itu, aku dan Kang Heru selalu mencari kesempatan untuk melakukannya kembali. Dia memang seorang lelaki yang benar-benar jantan dan perkasa, Aku akui dirinya memang sangat pandai memuaskan wanita kesepian seperti diriku yang selalu hadir dalam dekapanku dengan gaya permainan berbeda.
Aku tidak pernah merasa bosan bercinta dengan Kang heru karen adia selalu memiliki gaya baru yang membuatku merasa enak. Salah satu, saat dirinya berdiri sambil memangku tubuhku dan Kedua kakiku melingkar di pinggangnya, tanganku bergelayut di lehernya agar tak terjatuh. Selangkanganku terbuka lebar dan batang kontolnya menusuk dari bawah.
Aku bergelayutan seperti ayunan yang mengimbangi kontolnya yang keluar masuk dari bawah, Kang heru melakukan semua itu sambil berjalan mengelilingi kamar dan baru berhenti di depan cermin meja. Sungguh asyik sekali permainan dalam gaya ini, aku sangat menikmatinya.
Meski demikian, perselingkuhanku dengan Kang Heru tidak berlangsung lama karena aku takut semua ini akan terungkap, sehingga memutuskan untuk pindah dari kampungku agar tidak bertemu lagi dengannya. Jika terus bertahan di kampung itu, aku akan semakin terjerumus dan tidak bisa melepaskan diri dari Kang Heru yang membuatku makin bergairah.
Aku tidak pernah bisa menahan diri, Apalagi kalau sudah melihatnya bercanda mesra dengan kakakku. Pernah suatu kali aku penasaran untuk mengintip mereka bercinta di kamarnya.
Dengan berat hati akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke kota dan menjual semua hartaku, termasuk rumah tinggal, sawah dan ternak-ternak milikku untuk biaya hidupku nanti di kehidupanku yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar