Cerita Seks- Kerasukan Setan, Aku Bercinta Dengan Adikku Kandungku Sendiri

Cerita Seks- Kerasukan Setan, Aku Bercinta Dengan Adikku Kandungku Sendiri



Cerita Dewasa | Cerita Seks | Cerita Hot | 18+ | Video Hot | ABG | Orgasme |
Namaku Adit, kisahku berawal saat diriku mau lulus SMA pada tahun 2016 lalu. Saat itu, aku seperti dirasuki oleh setan sehingga dengan beraninya meniduri adik kandungku sendiri bernama Rini yang usia hanya berbeda dua tahun dariku.
Rini termasuk anak yang kurang pergaulan dan rajin karena dirinya hanya berada di rumah untuk membantu pekerjaan rumah saat ibuku berdagang di pasar. Sementara, Ayahku sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Ibuku setiap hari jam 4 subuh sudah pergi ke pasar dan pulang menjelang magrib, kadang aku pun pergi ke pasar untuk membantunya saat lagi butuh uang. 
Panjang cerita, Kejadiannya dimulai saat aku baru pulang dari rumah temanku Toni. Siang itu, adikku sedang asyik menonton serial televisi favoritnya. Saat itu, serial televisi yang dilihatnya sedang menampilkan salah satu adegan ciuman. Melihat adegan tersebut, aku menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan telah melihat adegan tadi.
“Pantesan betah banget nonton film begitu” ledekku.

“Iihh.. apaan sih Ak” ucapnya sambil tersipu malu.

Setelah film yang dilihatnya usai, adikku langsung pergi ke WC dan mencuci piring. Beberapa menit kemudian, aku pun beranjak ke WC untuk buang air kecil dan mataku tertuju pada belahan pantat adikku yang terlihat saat sedang berjongkok untuk mencuci piring.
“Rin, keluar dulu sebentar mau pipis nih..” ucapku.
Setelah selesai buang air kecil, pikiranku terbayang pada belahan pantat adikku tadi. Pikiran ku yang sudah dirasuki setan saat itu tidak memikirkan Rini sebagai adikku , pikiranku sibuk mencari cara untuk bercinta dengannya. 
Sejak saat itu, mataku sering mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci piring. Suatu hari, tiba-tiba aku langsung berjalan menghampiri adikku yang sedang mencuci piring dan memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya.
Mendapat perlakuan seperti itu, Adiku langsung menjerit dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari dekapanku.
Mendengar jeritan Adikku, Aku lalu tersadar dan malu dengan apa yang sudah kuperbuat pada adikku sendiri. Kulihat adikku sedang menangis dan berlari ke kamarnya, Aku pun langsung mengejar ke kamarnya untuk menjelaskan peristiwa tadi.
“Maafkan Aak Rin, Aak tadi salah” ucapku.

“Jujur, Aak enggak tahu kenapa bisa sampai begitu” lanjutku.
“Rin, maafin Aak yach.. Jangan bilang sama Ibu” ucapku lagi dengan perasaan takut.
“Aak jahat” ucap Adikku 

“Rin maafin Aak ya, Aak berbuat gitu tadi karena Aak enggak sengaja lihat belahan pantat kamu kemarin jadinya Aak nafsu, lagian kan Aak sudah seminggu ini putus” ucapku lagi menjelaskan.
“Apa hubungannya dengan meluk Rini?” tanya adikku.

“Hmm.. Aak enggak kuat saja pingin bercinta” ucapku.
“Kenapa sama Rini?” tanyanya lagi.

Mendengar pertanyaannya itu, Aku tidak bisa bicara apapun lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi. Kesunyian itu membuat kami bisa mendengar gemericik air hujan yang turun, Aku pun mencoba untuk memecah keheningan itu.
“Rin, biarin Aak meluk kamu, kan enggak ada yang lihat ini” ucapku dengan suara yang sedikit kecil.
Adikku tidak menjawab, Aku pun mencoba membalikkan tubuhnya dan kuajak bicara lagi.
“Rin, lagian kan Rini juga pingin ciuman kayak di film favorit mu kan?” bujukku.

“Tapi, kita kan adik kakak?” jawab Rini.
“Nggak apa-apa Rin, sekalian belajar saja supaya entar kalo pacaran enggak canggung” ucapku.

Adikku hanya terdiam, ini merupakan sebuah kesempatan ucapku dalam hatiku. Tidak mau membuang kesempatan itu, Aku mencoba untuk ikut berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. 
“Aak, Rini takut” ucap Adikku.

“Takut kenapa, Say?” tanyaku.
“Iihhh.. panggil Say segala” ucapnya.
“takut sama siapa? sma Aak? Aak mah enggak bakalan gigit kok” ucapku sambil merayunya.
“Bukan takut ama Aak, tapi takut ketahuan sama si Ibu” jawabnya.

Mendengar perkataannya itu, Aku tidak peduli lagi dan bibirku langsung mendarat di bibir adikku. Adikku terkejut sekali karena ini pertama kalinya dia dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kakaknya sendiri. 
Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke belakang, Tetapi aku menariknya dan mendekapnya lebih erat ke dalam pelukanku.
“Mmhhh.. mmhhh.. Aak udah dong” pingta adikku. 
Aku pun berhenti dan kupandangi wajah adikku, Aku tersenyum dan rasanya sangat puas meskipun aku hanya berhasil menikmati bibirnya.
“Rin, makasih yach kamu begitu pengertian ama Aak” ucapku.

“Kalau saja Rini bukan adik Aak, udah akan Aak..” lanjutku.
“Udah akan Aak apain” bisik adikku sambil tersenyum. 

“Udah akan Aak jadiin pacar. Eh Rin, Rini mau kan jadi pacar Aak” tanyaku.
Mendengar pertanyaanku, adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara “Tapi pacarannya enggak beneran kan Ak?” tanyanya dengan sedikit ragu.
“Ya enggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah saja dan ini rahasia kita berdua saja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu” jawabku.
Setelah itu, kulihat jam dinding yang sudah menunjukan jam 4 sore “Udah jam 4 tuh, sebentar lagi Ibu pulang. Aak mandi dulu yach” ucapku.
Aku pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. Setelah itu, Aku duduk di teras dan memikirkan apa kejadian tadi sebuah kenyataan atau hanya sebuah mimpi saja. Namun, lamunanku itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara Ibuku yang baru pulang dari pasar.
“Hayoo...ngelamun saja, Rini mana? udah pada makan belum?” tanya Ibuku.

“Ada tuh di dalam, emang bawa apaan tuh Bu?” aku melihat Ibuku yang membawa sebuah bungkusan.

Setelah dilihat, ternyata Ibu membeli bakso untuk disantap bersama. Untungnya, kami bisa bersikap wajar seolah tidak terjadi apa-apa sehingga Ibuku tidak curiga sedikit pun.
Malamnya, aku kembali termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu untuk besok subuh saat Ibu pergi ke pasar. Keesokannya, setan telah menguasaiku sehingga aku terbangun saat Ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. 
Aku pun mendekati adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.
“Ehem..Hhemm.. bebas nih” ucapku.
Mendengar ucapanku, Adikku tidak bicara sepatah kata pun.Diriku yang sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, langsung saja melabrak adikku dan memeluk tubuh adikku yang sedang membelakangiku. 
Kali ini dia diam saja sewaktu aku memeluk dan menciumi tengkuknya. Dinginnya udara subuh itu tidak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa dingin kamar ini. Kontolku yang sudah mulai naik aku gesekkan tepat di pantatnya.
“Say, Aak pingin tidur di sini boleh kan?” pintaku dengan wajah yang memelas.

“Idihh.. Aak genit, jangan Aak, entar..” jawabnya.
“Entar kenapa?” tanyaku.

Belum sempat Adikku bicara, aku langsung saja membalikkan tubuhnya dan langsung melumat bibir yang sejak tadi semalam sudah membuat pikiranku melayang. Aku langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit tubuhnya agar melekat erat dengan tubuhku, Aku mencoba untuk menyingkap dasternya untuk meraba paha dan pantatnya.
Tangan adikku berusaha untuk mencegah apa yang sedang kulakukan, Tetapi ciumannya kali ini  berbeda dengan yang semalam. Ciumannya kali ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena adikku mulai mencoba menggerakkan lidahnya.
Ternyata, Adikku juga memiliki nafsu yang begitu besar atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.
Tanpa ragu lagi, aku mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku dan meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar sangat cepat karena ini pertama kalinya aku meraba paha perempuan. Jujur saja, aku belum pernah melakukan ini karena pacarku dulu lebih sering memakai celana jeans dan hanya sebatas ciuman.
Dalam pikiranku saat ini, aku ingin sekali meraba dan menikmati yang namanya vagina wanita hingga aku mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi celana dalam adikku.
Belum sempat menyelipkan jariku, Rini melepaskan bibirnya dan mulai memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. 
“Aahhh... aaahhh...” rintih Rini sambil menghentakkan pinggulnya yang ternyata dirinya sudah mulai mengalami orgasme.
Setelah itu, Rini meletakkan kepalanya di atas bahuku. Aku pun membelai rambutnya karena aku sangat menyayanginya. Kemudian, aku membopong tubuhnya ke atas tempat tidur dan mengecup lembut keningnya.
“Gimana Say, enak?” bisikku ke telinganya dan wajah adikku memerah karena malu.
“Gimana rasanya Say?” tanyaku lagi.
“Aak, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?” tanya adikku.

“Iya Say, gimana? enak?” tanyaku.
“Iya, enak banget” jawabnya sambil tersipu malu.

Melihat wajah bahagia adikku itu, Aku kini hanya ingin memandangi wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku. Kulihat mata adikku mulai sayu dan mengantuk, maka aku mengajaknya untuk tidur. 
Hangat tubuh adikku kurasakan begitu nikmat, yang ada dalam pikiranku adalah betapa nikmatnya jika aku menikah nanti. Pantas saja di jaman sekarang banyak yang kawinmeski belum resmi menikah. Tanpa terasa, aku pun terbangun dari tidurku dan kulihat jam sudah menunjukkan jam 9 lewat dan adikku belum juga bangun dari tidurnya. 
Wah gawat, “Rini cepat bangun, kamu enggak sekolah?” tanyaku sambil membangunkannya.
Rini pun terbangun dan terkejut karena sudah telat. Dia sadar bahwa tidak mungkin lagi untuk pergi ke sekolah.
“Aahh, Aak jahat kenapa enggak bangunin Rini sich” rajuknya dengan suara manja.

“Gimana mau ngebangunin, Aak saja juga baru bangun” ucapku untuk membela diri.
“Gimana kalau Ibu tahu, Rini bisa dimarahin nih..semua gara-gara Aak” ucapnya lagi.
“Loh? kok Aak yang disalahin sich? lagian Ibu enggak bakalan tahu kalau Aak enggak ngomong” jawabku untuk menghiburnya.
“Bener yach, Rini jangan dibilangin kalau hari ini bolos” ucapnya.
“Iyaaa..” jawabku.

Tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk mandi bareng sama adikku, Ini kesempatan emas. Alasan tidak memberitahu Ibu bahwa dia enggak masuk sekolah bisa kujadikan senjata, ucapku dalam hati.
“Hmmm.. ada tapinya loh, Aak enggak bakalan bilang sama Ibu asal Rini mau mandi bareng ama Aak” ucapku sambil mengedipkan mata.

“Enggak mau, Aak jahat. Lagian udah gede, malu dunk masa mau mandi saja mesti barengan” ucapnya.
“Ya udah kalau enggak mau sih terserah” ancamku.

“Tapi Aak jangan macem-macem yach” pintanya.
“Emangnya kalo macem-macem gimana?” tanyaku.
“Pokoknya enggak mau, mendingan ketahuan Ibu. Lagian juga itu kan semua gara-gara Aak, Rini bilangin Ibu kalau Aak udah cium Rini” balasnya mengancam balik.
Setelah dipikir ternyata benar juga, seorang kakak bukannya menjaga adiknya dari ulah nakal laki-laki lain malah kakaknya sendiri yang nakal. 
Kami berdua akhirnya bangun dari tempat tidur dan pergi menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, kami diam dan adikku agak ragu untuk melepaskan pakaiannya.
“Aak balik dulu ke belakang, Rini malu nih” pintanya.

“Apa enggak sebaiknya Aak yang bukain punya Rini dan Rini bukain punya Aak” ucapku.

Tanpa pikir panjang lagi, aku menghampiri adikku dan mencium bibirnya agar dia tidak malu untuk membuka pakaiannya. Kemudian, aku genggam tangannya dan menuntunnya untuk membuka bajuku. 
Setelah semua bajuku di lepas dan hanya tigaal celana dalam saja, kulihat adikku tegang dan sesekali dia melirik ke arah kontolku yang sudah siaga satu. Kini giliranku menanggalkan daster yang dirinya kenakan.
Saat dasternya terlepas, Aku kaget dengan tubuhnya yang ternyata lumayan besar. Dia lalu berusaha menutupi selangkangannya, tetapi dengan sengaja kucolek payudaranya hingga adikku melotot dan menutupinya. Kemudian, aku pun balik mencolek daerah kewanitaannya
“Idih.. Aak enggak jadi dech mandinya, malu” rajuknya.
Lalu, adikku mengambil handuk dan kemudian melangkah keluar kamar mandi tetapi aku pegang tangannya dan aku peluk sambil kulumat bibirnya karena adikku sangat merasa nyaman bila bibirnya aku cium.
Kemudian, Aku menarik handuknya hingga terlepas dan jatuh ke lantai. Aku pepet tubuhnya ke arah bak air lalu langsung kusiram air ke tubuh kami berdua. Adikku berusaha untuk melepaskan ciuman dan desakan yang aku lakukan, tetapi usahanya itu sia-sia karena aku semakin bernafsu menyirami tubuh kami sambil kontolku ke arah selangkangannya.
Sepeti kerasukan setan, Aku terus melumat bibirnya dengan ganas dan tanganku langsung mencoba untuk melepaskan celananya. Setelah celana dalamnya terlepas hingga ke lutut, Aku pun menariknya ke bawah dengan kakiku hingga benar-benar terlepas. 
Rini sadar diriku sudah nekat sehingga makin berusaha untuk melepaskan tubuhnya. Sebelum usahanya itu berhasil, Aku melepas bibirku.
“Aak, berhenti..” rengeknya sambil menangis.

“Rin, tolong Aak dong. Rini tadi subuh kan udah orgasme, Aak masih belum..” pintaku.

Tanpa menunggu waktu lagi, Aku kangkangkan pahanya sambil kukecup bibirnya kembali sehingga dia tidak bisa menolaknya. Di saat itu aku meraih kontolku dan mencoba mencari vaginanya yang sudah lama ini ingin kurasakan.
Setelah tepat sasaran, Aku pun menghentakkan pinggulku dan aku seperti benar-benar merasakan sesuatu yang baru dan nikmat melanda seluruh organ tubuhku.
Kudengar adikku meringis kesakitan tetapi dirinya tidak berusaha untuk menjerit, Aku mencoba hanya membenamkan kontolku untuk beberapa saat karena aku tak kuasa melihat penderitaan yang adikku rasakan. 
Pandanganku lalu berlaih ke payudara adikku yang masih ditutupi oleh BH-nya, Aku menarik BH-nya ke atas dan tiba-tiba terlihat dua buah daging yang kenyal menyembul.
Melihat keindahan payudara adikku yang mengkal dan putingnya yang bersemu coklat kemerahan, Aku pun tak kuasa untuk segera menjilat dan menyedotnya senikmat mungkin.
“Aahhh...aahh... sakit” rintih adikku.
Kulumat kedua buah payudara adikku bergantian dan mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju mundur, walau aku juga merasakan perih karena masih begitu sempitnya vagina adikku. 
Adikku mulai menikmati apa yang aku lakukan, hal itu terlihat dari suara adikku yang tidak lagi meringis tetapi dia hanya mengeluarkan suara mendesah.
“Eemmhh..aaghhh..aagghhh” desah adikku.

“Gimana? enakk?” tanyaku untuk memastikan perasaan adikku.

Adikku tidak menjawab pertanyaanku tetapi tangannya meraih kepalaku dan kembali mencium bibirku, Aku pun menuruti kehendaknya dan lidah kami saling bermain. Kedua tanganku meremas payudaranya yang kenayal itu
Kemudian, aku menyuruh Adikku untuk menungging dan tangannya memegang bak mandi. Aku berbalik arah dan mencoba untuk segera memasukan kembali kontolku ke dalam vaginanya.
Namun, aku mengurungkan niatku karena kini aku dapat melihat dengan jelas vagina adikku merekah merah dan sangat indah. Aku pun lalu berjongkok dan mencoba mengamati bentuknya.
Adikku yang tahu aku melihat vaginanya merasa malu dan menggoyangkan pantatnya sambil cengengesan. Merasa dikerjai oleh adikku , aku pun membalasnya  dengan membenamkan wajahku dan kuciumi vaginanya hingga dia dia kembali mendesah..
“Aagghhh...Aak mau ngapain? aaagghh...occhhh..” desahnya.
Mulutku terus menyedot dan menjilati vagina adikku ini dan aku perhatikan ada bagian yang aneh, mirip kacang mungkin ini yang namanya itil. Aku pun mencoba untuk memainkan lidahku di sekitar benda tersebut.
“Aagghhh.. Aak, nnggh.. uuhh.. geli” erangnya.
Mendengar erangannya, Aku segera bangkit dan memasukan kontolku kembali dengan cepat. Baru beberapa kocokan kontolku di vaginanya, adikku begitu menikmati hingga meracau tidak karuan “Aa, Rinii.. eenngghh, aagghh..”
Ternyata, adikku baru saja orgasme hebat karena aku merasakan ada cairan hangat di vaginanya. Kini aku merasakan kenikmatan yang lain karena cairan itu mempermudah kontolku keluar masuk dalam vaginanya.
Adikku mulai lemas tidak bertenaga dan pasrah membiarkan tubuhnya aku entot terus dari belakang. Aku pun mengerayangi setiap lekuk tubuh adikku sambil terus mengentotnya, mulai dari mencium rambutnya, meremas payudaranya sampai-aku merasakan ada yang lain dari tubuhku, seperti kontolku ingin pipis tetapi tubuh ini terasa sangat-sangat nikmat.
“Aak, udah.. Rini udah lemess..” ucap adikku lemas.

“Tunggu Say, Aak mau nyampai nih.. aagghhh...” ucapku.

Tiba-tiba tubuhku seperti tersengat listrik dan cairanku menyembur dengan cepat ke dalam vagina adikku. Sambil menikmati sisa kenikmatan ini, Aku memegang pantat adikku dan menghentakkan pinggulku dengan keras untuk membantu kontolku masuk lebih dalam lagi. 
Setelah puas bercinta, kami membersihkan tubuhkan kami dan kembali melanjutkan rutinitas masing-masing seperti biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar