Sang Adik Ke Luar Kota, Jadinya ML Dengan Sang Kakak

Sang Adik Ke Luar Kota, Jadinya ML Dengan Sang Kakak

CeritaHotPlus-Panggil saja aku Heri dan usiaku baru 20 tahun, Aku memiliki seorang teman perempuan bernama Nia yang sering kuajak untuk bercinta selama ini. Jujur saja, Kami tidak memiliki hubungan spesial hanya sebatas teman untuk saling memuaskan saja.

Nia orangnya lumayan cantik dan memiliki tubuh putih mulus, usianya 22 tahun. Kisah hidup Nia sangat sedih karena harus kehilangan keperawanannya saat masih duduk di bangku SMA.

Saat itu, Nia yang merayakan ulang tahunnya ke 17 bersama pacar dan juga teman-temannya di salah satu tempat minum. Nia yang sudah mulai mabuk dibawa pacarnya ke salah satu hotel dan di perkosa, tragisnya lagi dia diperkosa secara bergantian oleh kedua teman pacarnya juga.

Keesokannya, Nia yang sudah sadarkan diri diantar pulang begitu saja dan mereka menghilang begitu saja. Sejak kejadian itu, Nia memutuskan untuk melanjutkan perguruan tinggi di luar kota dan melupakan kejadian yang menimpanya.

Hubungan yang kami lakukan ini tanpa ada paksaan sama sekali, Aku boleh menikmati tuuhnya kapanpun aku mau tanpa adanya suatu hubungan. Hubunganku dengan Nia sama sekali tidak diketahui oleh Ningsih, kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran.

Ningsih tidak kalah cantiknya dengan Nia, Keduanya memiliki tubuh yang putih mulus. Hanya saja, Ningsih pembawaanya lebih dewasa sehingga lebih enak untuk diajak ngobrol.

Terkadanag, aku sempat bercanda dengan Nia dengan mengatakan ingin tahu rasanya jika berhubungan badan dengan Ningsih. Mendengar candaanku itu, Nia kadang tertawa dan kadang marah. Meskipun begitu, Amarah Nia akan langsung hilang jika kucumbu.

Suatu hari, Aku yang baru saja pulang kuliah langsung ke tempat kos Nia dan terlihat pintu kamarnya yang terbuka. Melihat situasi kos yang sepi, akupun langsung masuk kedalam kamarnya dan terdengar suara orang yang sedang mandi.

Aku pun segera menutup pintu kamar dan memangilnya.

"Ni, lagi mandi ya?" tanyaku basa-basi dan tidak terdengar jawaban dari dalam kamar mandi.

"Kamu marah ya Ni? Maaf ya aku gak kasih tahu kamu kalo aku nginep di Denpasar kemarin. Hari ini aku mau buat kamu puas" lanjutku.

"Mandi kucing kan kamu Ni, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki" ledekku dan tetap masih tidak ada jawaban.

"Ni, ingat film yang dulu kita tonton gak? Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan kontolku ini. Aku akan cium vaginamu sampai dirimu menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan kontolku" ucapku lagi yang dibalas dengan suara batuk kecil.

"Ni, kututup gorden jendelanya ya?" ucapku sambil menutup gorden jendela yang memang masih terbuka saat itu.

Kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Aku pun tersenyum dan segera melihat ke arah kamar mandi yang ternyata terlihat sosok Ningsih, bukannya Nia. Ningsih yang baru saja mandi terlihat mengenakan bathrope dan langsung duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang bersilang.

Kaki Ningsih yang putih terlihat begitu indah, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat belahan dadanya yang putih, Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Nia.

"Nia sedang ke Yogya, ada praktek kerja selama 2 bulan" ucap Ningsih.

"Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Nia? padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku" lanjutnya lagi.

"Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Ningsih" ucapku sambil kedua mataku memandang wajahnya.

"Lalu kalo bukan Mbak emang kenapa? Kamu enggak mau mencium Mbak? buat Mbak puas?memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Ningsih memancingku.

"Aku sih mau aja Mbak kalo diizinkan" Jawabku langsung sambil melangkah ke tempat tidur karena sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir telanjang karena baru selesai mandi. 

"Kamu sudah lama make love dengan Nia, her?" Tanya Ningsih saat aku duduk di sebelah kirinya. dan tidak kujawab.

"Tubuh Mbak harum sekali" ucapku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.

Ningsih pun menggeliat dan mendesah saat lehernya kucium, mulutku pun langsung mencium bibirnya yang mungil. Ningsih pun membalas ciumanku, Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya sehingga lidah kami pun saling bersentuhan.

Perlahan, tangan kiriku mulai menyelusup ke dalam bathropenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman, tanganku memijat lembut kedua payudaranya secara bergantian hingga kurasakan putingnya yang mulai mengeras. 

Aku pun mulai mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Ningsih di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah itu, dengan perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. 

Lalu, kubuka bathropenya dan terlihat tubuh Ningsih tanpa sehelai benangpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun, Payudaranya yang putih dan tegak menantang sangat menggairahkan. 

Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil, Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah.

"Nnnhhhh" Desah Ningsih yang membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.

Kembali kulumat bibir Ningsih sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan mulai turun ke bagian perutnya yang membuat desahan Ningsih semakin terdengar. Perlahan mulutku pun mulai turun ke daerah payudaranya dan menciuminyaya dengan leluasa.

Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya, Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dulu untuk memancing reaksinya. Saat tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Ningsih pun merapat hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Ningsih dan diarahkan ke vaginanya.

"Elus dong Her, Biar Mbak ngerasa enak" Ucapnya sambil mendesah.

Bibir vagina Ningsih sudah basah saat kesentuh, Kugesekan jariku sepanjang bibirnya sehingga Ningsih mendesah dan tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.

"Aaahh, terus Her" desahnya sambil pinggulnya bergoyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat, Jari-jariku mulai kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakin basah.

"Ohh Her...enak sekali..." desah Ningsih makin hebat dan goyangan pinggulnya yang makin cepat.

Remasan tangan Ningsih di kepalaku semakin kencang, Ningsih seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya hingga akhirnya Ningsih melenguh panjang dan kakinya mengendur.

Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku, kontolku sudah tegang sekali sehingga terasa tidak nyaman. Tubuh Ningsih yang semula seluruh badannya ada di atas tempat tidur kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sementara kakinya menjuntai ke bawah.

Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Ningsih yang merah dan indah, Kuusap sesekali vaginannya yang terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya, Terasa lengket tapi harum sekali. 

"Aaaahh Her, enak Her.." racau Ningsih.

"Terus Ren.." pintanya.

Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat tiba-tiba ditarik Ningsih ke bagian payudaranya, Tanganku pun bergerak meremas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya, Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya pun bergerak tidak beraturan. 

Sepuluh menit berlangsung, Ningsih pun menalami orgasme yang kedua.

"Akkhhhh...Herr...ooouuccchhh...aku keluar Her" desah Ningsih dan kurasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kusimpan dalam mulutku, secepatnya kucium bibir Ningsih yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.

Beberapa menit berciuman, posisi kontolku ternyata sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya, kugesekkan ujung kontolku yang mencuat keluar dari CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Ningish yang semula berada disamping bergerak ke arah kontolku dan mengocoknya dengan perlahan.

"Besar juga punya kamu Her, panjang lagi" Ucap Ningsih di sela-sela ciuman kami.

Sambil masih berciuman, aku melepaskan CDku sehingga tangan Ningsih bisa leluasa mengocok kontolku. Setelah beberapa menit, akupun menepis tangan Ningsih dan menggesekkan kontolku ke bibir vaginanya karena rasanya lebih enak dibandingkan dikocok.

Perlahan aku mulai mengarahkan Kontolku kedalam vaginanya, Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lubang vaginanya lebih sempit dibandingkan Nia atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan kontolku.

"Ouucchh.. Herrr... enak sekali sayang" Racau Ningsih saat kontolku bergerak maju mundur. 

Pinggul Ningsih pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku, Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.

"Aahhh..." desahnya semakin menjadi yang membuatku semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Ningsih, Kakinya yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. 

Setelah itu, Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur. Akupun menjatuhkan dadaku diatas payudaranya yang besar dan kenyal itu, sementara tnganku pun bergerak ke belakang pinggulnya untuk meremas pantatnya yang padat.

Goyangan Ningsih pun semakin menjadi oleh remasan tanganku di pantatny, Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Ningsih yang semakin liar.

"Herr.. Kamu hebat banget...terus Herr... Kontol kamu besar dan panjang Her...Goyang lebih cepat lagi..." Racau Ningsih di tengah kenikmatannya.

Mendengar hal itu, Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Ningsih memang lebih enak dari Nia karena lebih sempit sehingga kontolku sangat menikmatinya saat berada di dalam vaginanya. 

Goyangan Ningsih yang makin liar dan desahannya yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu sehingga aku mempercepat kontolku untuk keluar masuk.

"Mbak aku mau keluar..." ucapku.

"Di dalam aja Her biar enak" ucap Ningsih sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau kontolku keluar dari vaginanya sedikitpun.

"Akkhhh...aaahhhhh... nnnhhhhhh..." Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahim Ninsgih.

Tangan Ningsih menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkannya lagi. Aku pun mencium bibir Ningsih dengan posisi badanku yang masih berada diatasnya dan kontolku masih dalam vaginanya. 

Ningsih pun membalas ciuman bibirku hingga cukup lama, Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.

"Kamu hebat Her, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" ucap Ningsih.

"Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit dan harum" Ucapku.

"Memang vagina Nia enggak?” tanyanya sambil menggoyangkan pinggulnya.

"Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Nia" jawabku sambil menggerakkan kontolku yang masih menancap di dalamnya.

"Kontol kamu masih keras Her?" tanya Ningsih sambil memutar pinggulnya.

"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku.

"Mau, tapi Mbak diatas ya.." jawabnya.

"Cabut dulu Her" ucapnya lagi.

Setelah dicabut, mulut Ningsih pun bergerak dan mencium Kontolku. Ningsih mengulum kontolku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku, terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Ningsih dan vaginanya itu membuatku melupakan Nia untuk sementara waktu.

Hari itu, Kami berdua melakukannya hingga keesokan pagi. Entah berapa kali kami orgasme, hubungan kami itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Nia belum kembali dari praktek kerjanya selama 2 bulan.