Murid Les Private Minta di Perawani, Jangan di Hamili

Murid Les Private Minta di Perawani, Jangan di Hamili


CeritaHotPlus-Panggil saja namaku Faisal dan usiaku masih 22 tahun, Kisahku ini berawal saat  Tante Nia tetangga di dekat kosku yang berstatus janda satu anak memintaku untuk memberikan les Matematika kepada Wini anaknya. Menurut Tante Nia, Wini yang saat ini kelas 3 SMP sebentar lagi akan menghadapi ujian Nasional.

Mendengar permintaan Tante Nia, aku pun menyetujuinya karena sekalian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariku sebagai seorang mahasiswa yang hidup jauh dari kampung halaman.

Setelah menyesuaikan biaya les dan jadwal yang disepakati, les private akan aku berikan setiap dua kali dalam seminggu yakni jam 19.00 malam sampai jam 22.00 malam. 

Awal pertemuan les, semuanya berjalan dengan lancar seperti pada umunya. Sampai suatu malam, saat mau memberikan les sesuai dengan jadwal pertemuan ternyata Wini tidak ada di rumah dan hanya ada Tante Nia.

Menurut Tante Nia, Wini lagi keluar dengan temannya karena ada keperluan sebentar dan akan segera pulang. Sementara duduk menunggun Wini, Tante Nia menyuguhkan secangkir teh hangat dan sedikit cemilan kue untukku.

"Silahkan diminum airnya Nak Faisal" ucap Tante Nia.
"Iya Tante" ucapku sambil mengambil gelas berisi teh hangat yang ada di depanku.
"Nak Faisal sudah semester berapa sekarang?" tanya Tante Nia.
"Sudah semester akhir Tante, tapiii… Skripsi saya masih belum selesai' jawabku agak malu.
"Udah mau tamat kuliah dunk... Kalau sudah lulus, nggak ada lagi dong yang ngasih private buat Wini" ucapnya lagi.

"Ah... masih lama kok Tante, Mungkin Wini duluan lulus ketimbang saya" jawabku merendah.
"Kerasan kuliah ya? nggak kepingin nikah?" Tanya Tante Nia yang sedikit mengejutkanku.
"Hehehe…pengen juga sih Tante, tapi kerjaan aja masih belum ada masa mikirin nikah" Jawabku.
"Kamu gimana sih? ntar nyesel nunda-nunda Kawin" goda Tante Nia.
"Nyesel kenapa,Tante?" tanyaku.
"Dasar anak muda, Kawin itu enak loh" ucap Tante Nia.
"Tante bisa saja, kalau mikir gitunya aja sih memang enak Tante tapi tanggung jawabnya kan besar" Jawabku.

"Kalau kamu mau, kamu nggak perlu mikir masalah tanggung jawab Nak Faisal" bisik Tante Nia di telingaku dan tiba-tiba tangannya menyentuh kemaluanku yang tidur di balik celana jeans yang kukenakan.

"Tante... kalau Wini datang gimana?" tanyaku gugup dengan aksi Tante Nia terhadapku. 

Mendengar pertanyaanku itu, Tante Nia mendorong tubuhku hingga terbaring di Sofa dan menindih tubuhku lalu kembali berbisik.

"Tenang saja, Semua sudah tante rencanakan. Wini tidak akan pulang ke rumah malam ini karena sedang ada kegiatan Camping di sekolahnya. Tadi sore, Wini sudah pesan sama tante minta tolong menyampaikan ke kamu bahwa private malam ini ditiadakan dulu" jelas Tante Nia.

Mendengarkan penjelasan tante Nia cukup mengagetkanku, tiba-tiba tante Nia yang duduk di atas tubuhku melepaskan bajunya sehingga payudara putih besar yang tertampung dalam Bra putih menjadi pemandangan langka di hadapanku. 

Lalu, Tante Nia melepaskan rok panjang yang ia kenakan sehingga sesosok tubuh wanita yang hanya tertutup oleh BH dan CD menjadi pemandangan nyata di depan mataku.

Sejujurnya, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini tapi rasa gugup dan terkejut masih menyelimuti hatiku. Di saat itu, tiba-tiba Tante Nia berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. 

"Burungmu pasti sulit bernafas kalau tidak dikeluarkan" ucap Tante Nia sambil tersenyum. 

Mendengar perkataan Tante Nia, akupun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga ku turunkan celana jeansku dan ku biarkan tante Nia yang mengeluarkan kontolku dari dalam CD ku.

Batang kontolku yang sudah tegang, langsung menyembul keluar setelah Tante Nia menurunkan CD ku. Beberapa saat Tante memandangi dan meremas batang kontolku, lalu menunduk dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya.

Rasanya sangat nikmat sekali saat lidah Tante Nia menjilati kepala kontolku, sepertinya aku tidak mampu menahan punjak birahi yang sudah berada di ubun-ubun sehingga spermaku pun keluar dengan kencang mengisi mulut Tante.

Melihat diriku yang sudah mencapai puncak kenikmatan, Tante Nia bukannya kecewa tetapi malah tersenyum dan kembali mengulum kontolku yang sudah lemas.

Lalu, Tante kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku dan mencium bibirku. Ku coba untuk membalas reaksinya dengan menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku, Kurasakan sebuah sensasi yang luar biasa ketika Tante Nia seakan mengajak berbagi sperma di mulutku. 

Saat itu, Aku tidak perduli dengan bau sperma yang kecut harus masuk ke tenggorokanku karena yang ada di pikiranku saat itu hanya memikirkan cara agar kontolku bisa kembali bangkit dari kematiannya.

Ternyata menjadi guru les anak tetangga merupakan awal hilangnya keperjakaanku, Tante Nia sudah merencanakan ini dengan sempurna tanpa ku ketahui sebelumnya. Mungkin sebagai seorang janda, dirinya juga merindukan nikmatnya saat melakukan hubungan dengan suaminya yang telah meninggal dunia beberapa tahun lalu.

Setelah puas berciuman selama beberapa menit, Tante Nia bangkit dari tubuhku dan menarik celana Jeans dan CD ku sampai terlepas hingga aku menjadi sesosok laki-laki bugil dengan kontol yang mati tergantung.

Tante Nia kemudian memegang tanganku dan menarikku ke sebuah kamar yang bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar, Tante melepaskan BH dan juga CD putih yang ia kenakan. Lalu ia berdiri di hadapanku dengan tubuh bugil dan kami kembali berciuman. 

"Faisal...jika kamu sudah siap, lakukan saja yang ingin kau lakukan dengan tante karena tante akan menunggu" ucap Tante Nia yang lalu berjalan meninggalkanku dan menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur.

Ajakan yang ada di depan mataku itu tak ingin ku sia-siakan dan hilang begitu saja. Tanpa pikir panjang, ku naiki tubuh Tante Nia dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Sambil terus berciuman, ku remas salah satu payudara Tante Nia yang lumayan besar dan lembek.

Hingga beberapa menit pemanasan, batang kontolku kembali terjaga dari tidurnya dan jariku muali menyentuh ke belahan pangkal paha Tante Nia. Tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya, hanya dalam beberapa detik saja aku telah berhasil menenggelamkan jari tengahku di lubang vaginanya. 

Kumainkan jariku di lubang yang basah itu sehingga membuat Tante Nia mendesah, Sepertinya dia sudah mulai merasakan kenikmatan bercinta denganku.

Sebagai seorang yang tidak pernah melakukan hubungan sex layaknya suami istri, aku tidak begitu mengerti apa yang harus ku lakukan pada tubuh bugil yang saat itu telah siap untuk ku nikmati karena dalam pikiranku hanyalah menikmati dan bukan memberi kenikmatan.

Tanpa tidak lama-lama bermain dengan vagina Tante Nia, aku mulai berpikir untuk memasukkan kontolku yang sudah keras ke dalam lubang vagina Tante Nia yang dikelilingi oleh bulu lebat.

Aku merubah posisi ku, lalu mengarahkan kepala kontolku ke belahan di sela paha Tante Nia dengan tanganku. Karen aTante NIa sudah tidak perawan lagi, jadi tidak terlalu sulit untukku menerobos masuk ke lubang vaginanya.

Saat aku menggenjot lubang vagina Tante Nia yang sangat lah nikmat yang kurasakan, sungguh tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Batang kontolku yang terjepit oleh dinding vagina yang kenyal benar-benar memaksaku untuk menuju puncak birahi. 

Tidak lama kemudian, dapat ku rasakan bahwa desiran darahku seakan berkumpul di pangkal kontolku. Saat itulah, aku semakin meningkatkan tempo permainanku hingga akhirnya aku tidak tahan lagi dan kuhentakkan pantatku sekeras mungkin sampai kontolku tenggelam sempurna di dalam lubang vagina Tante Nia. 

Kurasakan spermaku keluar dan mengisi lubang vagina Tante Nia, tanpa terpikir lagi akibat yang mungkin terjadi dengan spermaku yang masuk dalam rahim Tante.

Setelah itu, batang kontolku kembali melemah dan ku jatuhkan tubuhku di samping tubuh Tante Nia yang basah bermandikan keringat.

"Nggak perlu belajar lama ya?" ucap Tante Nia sambil bangkit dari posisinya dengan duduk di atas dadaku sambil mengarahkan vaginanya yang masih basah tersebut ke daerah wajahku.

"Faisal...Mainkan lidahmu" ucap Tante Nia.

Tanpa banyak tanya, Aku hanya menuruti keinginannya dan kujilati belahan vagina Tante Nia yang duduk di atas wajahku. Dengan bantuan jariku, ku buka belahan vagina Tante dan menjulurkan lidahku. 

Tiba-tiba ku rasakan cairan putih kental yang tidak lain adalah spermaku keluar dari lubang vagina Tante Nia yang masuk ke dalam mulutku. Meskipun agak jijik, tapi aku tidak berani memuntahkannya dari mulutku dan hanya menahannya di mulutku sambil terus memainkan lidahku.

Hari itu, aku melepaskan keperjakaanku untuk Tante Nia yang tidak lain ibu dari siswi les privateku. Sekaligus orang pertama yang memberiku dan mengajariku kenikmatan dalam bercinta. 

Sejak malam indah itu, yang ada dipikiranku hanya memikirkan ingin merasakan vagina seorang wanita hingga akhirnya aku berhasil merenggut keperawanan Wini, putri Tante Nia sendiri.

Karena terlalu sering bercinta dengan Tante Nia, Wini mulai mencium adanya mengetahui hubungan gelap tanpa komitmen yang selama ini terjalin antara kami. Hal ini terjadi saat suatu malam, setelah aku memberikan les untuk Wini, hujan turun dengan lebatnya sehingga Tante Nia menyarankan agar aku tidak usah pulang dulu sebelum hujan reda. 

Namun, setelah menunggu beberapa saat hujan tidak kunjung berhenti hingga jam 11 malam. Tante Nia pun menyarankan untuk bermalam dan kuterima dengan senang hati karena memang itu harapanku. 

Diriku berharap dinginnya malam dengan suasana hujan lebat akan menambah indah nuansa pencapaian puncak birahi dalam bercinta dengan Tante Nia. Malam itu, aku hanya tidur di sofa ruang tamu karena hanya ada 2 kamar di rumah Tante Nia.

Menurutku, itu hanya untuk mengelabui Wini yang belum tahu hubungan gelap yang ku jalin dengan Ibunya. Di sofa itu, aku terus memainkan jariku di HP yang hanya bergetar jika ada SMS atau panggilan masuk karena memang aku sedang SMS dengan Tante Nia yang ada di kamarnya. 

Setelah memastikan Wini tertidur di dalam kamarnya sekitar pukul 12.30 tengah malam, Tante Nia langsung mengirinkan SMS yang berbunyi: "Faisal... ke kamat Tante dong sekarang, Tante dah pengen banget nih"

Menerima SMS itu, dengan penuh semangat aku langsung keluar dari selimutku dan bangkit dari sofa. Suasana hujan yang masih sangat lebat memberikan keleluasaan bagiku, suara langkah kakiku tidak akan terdengar.

Saat aku membuka pintu kamar Tante Nia, tiba-tiba Wini keluar dari kamarnya dan tentunya saja sangat mengejutkanku melihat Wini yang melihat gelagatku.

"Kaka... itu kamar Mama, Kaka mau ngapain?" ucapnya.
"Eeehhh….Win..." jawabku seraya tanganku melepas gagang pintu kamar Tante Nia yang kebetulan telah terlanjur terbuka sambil terus berpikir keras untuk mencari alasan.

"Begini Win.. tadi Kaka kira ini kamar kamu karena kata Mama kamu, Kaka disuruh membangunkan kamu dan menyuruhmu tidur dengannya sehingga aku bisa tidur dikamar kamu.. Gitu Win..." Jawabku dengan bahasa yang agark berbelit-belit dan Wini pun mengerutkan keningnya beberapa saat, lalu kemudian melempar senyumnya.

"Ooww...Kamar Wini di sini Kak, Kakak tidur aja di sini. Biar Wini tidur di kamar Mama" ucap Wini sambil masuk kembali ke dalam kamarnya dengan maksud mungkin mengambil keperluan tidurnya.

Ku tutup kembali pintu kamar tante Lela dengan segudang kekecewaan, karena hasrat yang memuncak tidak bisa terlampiaskan di malam yang begitu mendukung ini. Dengan langkah lemas, ku beranjak ke kamar Wina, dan ku lihat Wina telah siap meninggalkan kamarnya menuju kamar Mamanya.

"Silahkan Ka" ucap Wini mempersilahkan aku untuk tidur di kamarnya.
"Makasih ya Win" ucapku saat ia keluar dari kamarnya. 

Wini pun berlalu ke kamar Tante Nia dan masuk ke dalam kamarnya, pupuslah harapan untuk bisa kembali bercinta dengan Tante Nia malam itu. Aku tetap tidak bisa tertidur karena gagal mencuri kesempatan indah untuk bercinta. 

Sekitar jam 01 malam, tiba-tiba HPku bergetar dan ku lihat ada SMS masuk yang tank lain Tante Nia sendiri.

"Faisal... kamu pasti belum tidur kan?" bunyi SMSnya. 
"Belum Tante.. gimana nih? Saya udah gak tahan mau nancepin lagi" balasan SMSku. 
"Iya Tante juga nih..." balasnya singkat. 
"Wini dah bobo ya tante?" balasku lagi.
"Iya" jawab Tante Nia singkat.
"Tante, kontolku dah bangun nih.. udh gak tahan mau ngentot" rayuku. 
"Faisal.. kamu telanjang dulu ya, nanti Tante kesana" balas Tante Nia. 
"OK.." Balasku dengan penuh semangat.

Lalu, kulepaskan seluruh pakaianku dan kubaringkan tubuhku di atas tempat tidur di kamar Wini. Dengan rasa tidak sabar, Aku berniat untuk mengirim SMS ke Tante Nia lagi tetapi tiba-tiba terdengar suara pintu kamar yang di buka dengan hati-hati dan suara pintu kembali di tutup dengan hati-hati. 

Tiba-tiba saja gagang pintu kamar mulai bergerak dan pintupun mulai terbuka perlahan. Betapa terkejutnya diriku saat melihat yang datang bukan Tante Nia, melainkan Wini. Wini meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai isyarat agar aku tidak bicara, Aku yang sudah terlanjur telanjang tidak mampu berbuat apa-apa kecuali menutupi batang kontolku yang sudah keras dengan guling yang ada di sampingku.

Setelah kembali menutup pintu kamar dengan hati-hati, Wini melangkah ke arahku dan duduk di sampingku lalu menarik guling yang menutup kemaluanku. Wini kemudian menggenggam batang kontolku dengan kencang sehingga hampir membuatku berteriak. 

"Jadi selama ini Kakak dibayar bukan hanya untuk ngasih les ke aku ya?" bisiknya.
"Maaf Win.. bukan begitu, kamu tidak mengerti…" ucapku.
"Kakak nggak usah bohong, Wini sudah baca semua SMS Kakak di HP Mama" ucapnya.
"Apa? jadi yang….." ucapku terkejut.
"Iya, yang balas SMS Kakak itu Wini" jelasnya.
"Maafkan Kakak, Win... Kakak nggak ada maksud begitu…" ucapku.
"Udah deh.. Kakak nggak usah bohong, Kenapa Kakak melakukan ini dengan Mamaku?" tanyanya.
"Win... ini bukan kemauan Kakak, Kakak juga nggak tahu kenapa ini sampai terjadi" ucapku.
"Kak... Mulai hri ini Wini nggak mau private lagi sama Kakak, Wini kecewa sama Kakak" ucapnya.

Mendengar kekecewaan Wini, aku langsung memeluk tubuhnya dan kuciumi bibirnya. Wini tidak bereaksi melawan, apalagi berteriak sehingga kujatuhkan tubuhnya ke tempat tidur sambil terus ku ciumi bibirnya. 

Kutahan gerakan kedua tangannya dengan kedua tanganku dan kutindih tubuhnya agar dia tidak lagi mampu bergerak. Merasakan Wini yang tidak lagi bereaksi melawan terhadap aksiku dan cenderung pasrah, aku menghentikan ciumanku dan ku tatap wajahnya.

Kulihat bukan kekecewaan yang ada di wajah Wini, tapi sebuah senyuman manis untukku "Ada apa ini?" pikirku dalam hati.

"Kak... perawani Wini, tapi jangan hamili Wini" ucapnya dibalik senyuman manisnya.

Mendengar kalimat yang diucapkan Wini, Tanpa pikir panjang lagi langsung kulepaskan seluruh pakaian yang menutup tubuhnya. Terlihat sosok tubuh kecil dengan buah dada kecil yang montok. dan vaginanya dengan rambut ikal tipis yang tumbuh dipermukaannya.

Malam itu, aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya vagina seorang perawan yang masih berusia 15 tahunan. Tanpa menunggu lagi, aku langsung mengangkat kedua kakinya sehingga selangkangannya terbuka lebar.

Terlihat jelas belahan vagina Wini yang hanya seperti lipatan kulit berbentuk garis lurus, Tidak terlihat disana ada lubang untuk masuknya kontolku yang sudah siap untuk bertempur.

Kuarahkan kepala kontolku ke belahan yang masih sangat rapat itu, dengan kedua tangannya Wini memegang kakinya yang terbuka lebar ke atas. Dengan bantuannya itu, aku bisa menggunakan jariku untuk membuka belahan vagina Wini. 

Bisa ku lihat di dalamnya daging yang agak basah berwarna merah muda, langsung saja kutancapkan kepala kontolku di sela belahan yang terbuka itu. Dengan sedikit memaksa, kepala kontolku berhasil menerobos lubang vaginanya yang masih sangat sempit itu.

Aku terus menekan agar kontolku bisa masuk sempurna ke dalam vagina Wini, tetapi usaha itu harus kulakukan dengan perlahan. Aku harus tarik ulur agar cairan vaginanya membasahi seluruh batang kontolku karena kontolku tidak bisa dipaksa masuk.

Sedikit demi sedikit, batang kontolku semakin dalam masuk ke lubang vagina Wini yang sangat sempit sampai akhirnya setengah batang kontolku telah berhasil masuk. Dalam posisi kontolku yang setengah menancap di selangkangannya, kujatuhkan tubuhku di dadanya. 

Kuraih bibirnya dan mencoba menciuminya, kuremas payudara montok yang masih ranum itu dengan sesekali kujilati bagian pipi, kuping, leher dan terkadang turun ke payudaranya. Wini hanya terperjan dam sesekali berdesis, sepertinya ia sangat menikmati sentuhan lidahku di leher dan payudaranya.

Bahkan, Wini mungkin lupa bahwa kontolku baru setengah saja masuk ke lubang vaginanya. Melihat keadaan itu, kutumpukkan tubuhku di atas siku yang berada di kedua sisi tubuhnya dan kupegang erat bahunya. 

Dengan terus menjilati payudaranya dan sesekali mengecup puting susunya, kembali ku genjot lubang vaginanya yang sangat rapat dan kesat. Terus kucoba dan kucoba, meski kedua bahunya telah kupegang erat tetap saja genjotan yang kulakukan untuk menerobos lubang vaginanya hanya bisa masuk dengan perlahan.

Aku pun memutuskan hanya fokus untuk memasukkan kontolku ke lubang vaginanya. Aku turun dari tempat tidur dan menarik tubuh Wini ke sisi tempat tidur itu, Dengan posisi berdiri di sisi tempat tidur kembali kuarahkan kontolku yang sedikit kubasahi dengan air liurku ke lubang vaginanya. 

Kontolku kembali hanya bisa masuk setengah ke dalam lubang vagina Wini, Tetapi dengan posisi berdiri aku bisa menahan kedua pahanya agar tubuhnya tidak bergerak mengikuti tiap genjotanku. Usahaku akhirnya tidak sia-sia karena dengan posisi itu aku bisa lebih cepat menerobos lubang vagina Wini dengan sempurna.

Dalam posisi tenggelam sempurna, aku menjatuhkan tubuhku ke dada Wini dan berguling agar posisi Wini di atas. Kupeluk tubuh Wini dan kucoba menarik keluar kontolku dari lubang sempit yang basah itu dan mendorongnya masuk kembali. 

Beberapa kali ku lakukan itu, aku kembali berguling sehingga posisiku kembali diatas. Saat itulah permainan sesungguhnya di mulai. Vagina Wini sepertinya telah mampu beradaptasi dengan benda tumpul yang menerobos lubang vaginanya.

Rapatnya lubang vagina Wini memberikan kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah ku rasakan saat bercinta dengan Tante Nia. dinding vagina Wini seakan mencengkram erat batang kontolku persis saat pertama Wini mencengkar kontolku dengan tangannya.

Kenikmatan itu yang mungkin membuatku tidak bertahan lebih lama untuk menahan muncratnya spermaku. Karena pertimbangan untuk tidak menghamilinya, tetapi hanya memerawai maka kucabut kontolku dan spermaku pun hanya membuahi bulu-bulu lembut yang tumbuh di atas permukaan vagina Wini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar